Mekkah adalah salah satu kota suci Islam yang menjadi tempat lahir Nabi Muhammad SAW dan lokasi turunnya wahyu pertama al-Qur'an. Kota ini juga menjadi tujuan utama ibadah haji dan umrah bagi umat Islam di seluruh dunia. Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah kota Mekkah dan bagaimana kota ini berkembang menjadi pusat peradaban Islam?
Mekkah Sebelum Nabi Ibrahim
Menurut sejarah, Mekkah pada awalnya adalah sebuah lembah tandus yang dikelilingi oleh pegunungan dan tidak berpenghuni. Lembah ini hanya dihuni oleh binatang-binatang liar dan burung-burung. Salah satu burung yang hidup di lembah ini adalah burung Mukka', yang diyakini menjadi asal nama kota Mekkah.
Pada suatu hari, seorang raja bernama Jurhum dari Yaman mendengar tentang lembah ini dan tertarik untuk menetap di sana. Ia membawa pasukannya dan keluarganya ke lembah tersebut dan mendirikan sebuah perkampungan. Jurhum kemudian menguasai lembah ini dan menjadikannya sebagai pusat perdagangan antara Yaman, Syam, dan Irak.
Mekkah Setelah Nabi Ibrahim
Pada masa Jurhum, Nabi Ibrahim AS mendapat perintah dari Allah SWT untuk meninggalkan istrinya, Siti Hajar, dan putranya, Nabi Ismail AS, di lembah Mekkah. Nabi Ibrahim AS menuruti perintah Allah SWT dan mempercayakan mereka kepada Allah SWT. Siti Hajar dan Nabi Ismail AS kemudian mengalami kesulitan air dan makanan di lembah tersebut.
Allah SWT kemudian menolong mereka dengan mengeluarkan air zam-zam dari tanah di dekat kaki Nabi Ismail AS. Air zam-zam ini kemudian menjadi sumber kehidupan bagi Siti Hajar dan Nabi Ismail AS, serta binatang-binatang liar yang datang ke lembah tersebut.
Jurhum yang melihat hal ini kemudian mendekati Siti Hajar dan meminta izin untuk tinggal bersama mereka. Siti Hajar mengizinkan mereka dengan syarat tidak mengganggu hak mereka atas air zam-zam.
Nabi Ismail AS kemudian tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat, tampan, dan berakhlak mulia. Ia belajar bahasa Arab dari Jurhum dan menjadi pemimpin mereka. Ia juga menikahi seorang wanita dari Jurhum dan memiliki banyak keturunan. Salah satu keturunannya adalah Qusay bin Kilab, kakek keempat Nabi Muhammad SAW.
Nabi Ibrahim AS sering datang mengunjungi Nabi Ismail AS di Mekkah dan bersama-sama mereka mendirikan Ka'bah sebagai rumah ibadah pertama bagi umat manusia. Ka'bah kemudian menjadi tempat ziarah bagi orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan para nabi-Nya.
Mekkah Sebelum Nabi Muhammad
Setelah Nabi Ismail AS wafat, Jurhum mulai menyimpang dari ajaran Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Mereka mulai menyembah berhala-berhala yang dibuat dari batu, kayu, atau logam. Mereka juga mulai berlaku zalim terhadap penduduk Mekkah lainnya, terutama keturunan Nabi Ismail AS.
Pada suatu hari, Jurhum melakukan pengkhianatan terhadap keturunan Nabi Ismail AS dengan mencuri harta benda mereka dan mengubur air zam-zam agar tidak diketahui orang lain. Hal ini menyebabkan kemarahan Allah SWT dan Allah SWT mengirimkan suku Khuza'ah untuk mengusir Jurhum dari Mekkah. Khuza'ah kemudian menggantikan Jurhum sebagai penguasa Mekkah dan menjaga Ka'bah dan air zam-zam.
Pada masa Khuza'ah, banyak suku-suku Arab lainnya yang datang ke Mekkah untuk berdagang atau berziarah. Salah satu suku yang datang adalah suku Quraisy, yang merupakan keturunan Qusay bin Kilab. Qusay bin Kilab kemudian berhasil merebut kekuasaan Mekkah dari Khuza'ah dengan cara damai dan menjadi pemimpin suku Quraisy.
Qusay bin Kilab kemudian membagi-bagikan tugas dan tanggung jawab kepada anak-anak dan cucu-cucunya. Ia memberikan tanggung jawab menjaga Ka'bah kepada anaknya, Abd ad-Dar. Ia memberikan tanggung jawab mengurus air zam-zam, memberi makan dan minum para peziarah, dan menyediakan bendera perang kepada anaknya, Abd Manaf. Ia memberikan tanggung jawab mengurus perkara hukum dan politik kepada anaknya, Asad. Ia memberikan tanggung jawab mengurus perdagangan kepada anaknya, Zuhrah. Dan ia memberikan tanggung jawab mengurus puisi dan sastra kepada anaknya, Makhzum.
Dari keturunan Abd Manaf, muncul dua cabang besar, yaitu Bani Hashim dan Bani Umayyah. Bani Hashim adalah keturunan dari Hashim bin Abd Manaf, yang merupakan kakek Nabi Muhammad SAW. Bani Umayyah adalah keturunan dari Umayyah bin Abd Shams, yang merupakan saudara Hashim bin Abd Manaf. Bani Hashim dan Bani Umayyah kemudian menjadi dua kelompok yang bersaing dan bermusuhan di Mekkah.
Mekkah Setelah Nabi Muhammad
Pada tahun 570 M, Nabi Muhammad SAW lahir di Mekkah dari keluarga Bani Hashim. Ia tumbuh menjadi seorang yang jujur, amanah, dan terpercaya. Ia juga tidak menyembah berhala-berhala seperti kebanyakan orang Mekkah pada saat itu. Ia lebih suka menyendiri dan beribadah kepada Allah SWT di gua Hira.
Pada tahun 610 M, ketika Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun, ia mendapat wahyu pertama dari Allah SWT melalui malaikat Jibril di gua Hira. Wahyu ini adalah permulaan dari al-Qur'an, kitab suci umat Islam. Nabi Muhammad SAW kemudian menyampaikan wahyu ini kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya dan mengajak mereka untuk beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya.
Namun, dakwah Nabi Muhammad SAW mendapat tentangan keras dari orang-orang Mekkah, terutama dari Bani Umayyah yang merasa terancam dengan ajaran Islam. Mereka mencoba untuk menghalang-halangi, mengejek, menghina, menyiksa, dan membunuh para pengikut Nabi Muhammad SAW. Mereka juga membuat boikot ekonomi dan sosial terhadap Bani Hashim dan Bani Abdul Muthalib, yang melindungi Nabi Muhammad SAW.
Pada tahun 622 M, setelah mendapat izin dari Allah SWT, Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah bersama para sahabatnya. Hijrah ini merupakan titik balik dalam sejarah Islam dan menjadi awal dari kalender Hijriyah. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW mendirikan negara Islam pertama dan mempersatukan suku-suku Arab dan Yahudi di bawah bendera Islam.
Pada tahun 630 M, setelah menang dalam beberapa peperangan melawan orang-orang Mekkah, Nabi Muhammad SAW berhasil menaklukkan kota Mekkah dengan damai. Ia memasuki kota tersebut dengan rendah hati dan tanpa dendam. Ia kemudian membersihkan Ka'bah dari berhala-berhala dan menegakkan kembali tauhid di kota tersebut. Ia juga memberikan amnesti kepada semua orang Mekkah yang bersedia masuk Islam atau tidak memusuhi Islam.
Sejak saat itu, Mekkah menjadi kota suci bagi umat Islam dan tempat ibadah haji yang dikunjungi oleh jutaan umat Islam dari seluruh dunia dalam setiap tahunnya.
Mekkah di Zaman Modern
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Mekkah tetap menjadi kota suci dan pusat ibadah bagi umat Islam. Kota ini juga mengalami berbagai peristiwa sejarah, seperti penaklukan oleh Dinasti Abbasiyah, Fatimiyah, Ayyubiyah, Mamluk, Utsmaniyah, dan Saudi. Kota ini juga mengalami pembangunan dan perluasan infrastruktur, seperti jalan, hotel, bandara, dan kereta api.
Salah satu pembangunan yang paling mencolok di Mekkah adalah Menara Abraj Al Bait, yang merupakan bangunan tertinggi keempat di dunia dan terbesar ketiga berdasarkan luas lantai. Menara ini berdiri di sebelah Masjidil Haram dan memiliki jam raksasa yang terlihat dari jarak 17 km. Menara ini juga memiliki hotel, pusat perbelanjaan, museum, dan observatorium.
Selain itu, Mekkah juga mengalami penghancuran beberapa bangunan bersejarah dan situs arkeologi oleh pemerintah Saudi. Hal ini dilakukan untuk memberi ruang bagi pembangunan baru yang bertujuan untuk menampung lebih banyak jamaah haji dan umrah. Namun, hal ini juga menuai kritik dan protes dari sebagian umat Islam yang menganggap hal itu sebagai penghinaan terhadap warisan Islam.
Haji dan Umrah: Ibadah yang Menghapus Dosa
Haji dan umrah adalah dua ibadah yang sangat mulia dan bermanfaat bagi umat Islam. Haji adalah rukun Islam kelima yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mampu secara fisik dan finansial sekali seumur hidup. Umrah adalah ibadah sunnah yang bisa dilakukan kapan saja selain bulan Zulhijah.
Haji dan umrah memiliki syarat, rukun, sunnah, hukum, larangan, macam, cara, dalil, dan hikmah yang harus dipelajari dan dipraktikkan oleh setiap jamaah. Salah satu hikmah terbesar dari haji dan umrah adalah penghapusan dosa-dosa yang telah dilakukan oleh jamaah.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
"Barangsiapa yang berhaji dan tidak berbicara kotor atau berbuat maksiat maka ia akan kembali (dari haji) seperti pada hari ibunya melahirkannya" (HR. Bukhari no. 1521 dan Muslim no. 1350).
وَالْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
"Umrah ke umrah adalah penghapus dosa-dosa di antara keduanya. Dan haji yang mabrur tidak ada balasan baginya selain surga" (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349).
Oleh karena itu, setiap muslim yang ingin membersihkan diri dari dosa-dosa dan mendapatkan pahala besar dari Allah SWT harus berusaha untuk melaksanakan haji dan umrah dengan sebaik-baiknya.
Demikian artikel singkat tentang sejarah kota Mekkah dan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat dan menarik bagi pembaca. Amin.
Post a Comment
Post a Comment